Biji kedelai terdiri dari 7,3 persen kulit, 90,3 persen kotiledon (isi atau "daging" kedelai) dan 2,4 persen hipokotil. Kedelai mengandung protein rata-rata 35 persen, bahkan dalam varietas unggul kandungan proteinnya
dapat mencapai 40 - 44 persen. Protein kedelai
sebagian besar (85 - 95 persen) terdiri dari globulin dan dibandingkan
dengan kacang-
kacangan lain, susunan asam amino pada kedelai lebih lengkap dan seimbang.Kedelai mengandung
sekitar 18 - 20 persen lemak dan 25 persen dari jumlah tersebut terdiri
dari asam-asam lemak
tak jenuh yang bebas kolesterol. Disamping itu di dalam lemak kedelai terkandung beberapa posfolipida penting yaitu lesitin, sepalin. Kedelai mengandung karbohidrat
sekitar 35 persen, dari kandungan karbohidrat tersebut hanya 12 - 14 persen saja yang dapat
digunakan tubuh secara biologis. Karbohidrat pada kedelai
terdiri atas golongan oligosakarida
dan golongan polisakarida. Golongan oligosakarida
terdiri dari sukrosa, stakiosa, dan raffinosa
yang larut dalam air. Sedangkan golongan polisakarida terdiri dari erabinogalaktan dan bahan-
bahan selulosa yang tidak larut dalam air dan alkohol.
Secara umum kedelai merupakan sumber vitamin B,
karena kandungan vitamin B1, B2, niasin,
piridoksin dan golongan vitamin B lainya banyak terdapat di dalamnya. Vitamin lain yang
terkandung dalam jumlah cukup banyak ialah vitamin E dan K. Kedelai banyak mengandung kalsium dan fosfor, sedangkan besi terdapat dalam jumlah relatif sedikit. Mineral-mineral
lain terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit (kurang dari 0,003
persen) yaitu boron, magnesium, berilium dan seng. Kulit kedelai mengandung
87
serat makanan (dietary fiber), 40 - 53 persen selulosa kasar, 14 - 33 persen hemiselulosa
kasar dan 1 - 3 persen serat kasar. Serat kedelai adalah bukan kulit atau sekam kedelai, tetapi produk kedelai yang tidak berbau, tawar dan
bentuknya dapat disesuaikan dengan tujuan penggunaanya, yang terutama sebagai sumber serat makanan. Efek fisiologis dan manfaat klinis serat kedelai pada manusia telah banyak
diteliti. Hasilnya dapat disimpulkan sebagai berikut : (1). Menurunkan kolesterol pada penderita
hiperkolesterolamia, (2). Memperbaiki toleransi terhadap glukosa dan respon
insulin
pada penderita hiperlipidemia
dan diabetes, (3). Meningkatkan
volume tinja, sehingga mempercepat waktu transit
makanan (waktu yang diperlukan sejak dimakan sampai
dikeluarkan berupa tinja),
dan (4). Tidak berakibat negatif terhadap retensi mineral (penyerapan mineral).
0 komentar:
Posting Komentar