Kamis, 12 Desember 2013

Pengalaman Kelompok sebagai salah satu faktor dalam Pembentukan Kepribadian



Pada awal kehidupan manusia tidak ditemukan apa yang disebut diri. Terdapat organisme fisik,tetapi tidak ada rasa pribadi. Kemudian bayi mencoba merasakan batas-batas tubuhnya, mereka mulai menge- nali orang. Kemudian beranjak dari nama yang membedakan status menjadi nama yang mengidentifikasi individu, termasuk dirinya.Kemudi- an mereka menggunakankata "saya" yang merupakan suatu tanda yang jelas atas kesadaran diri yang pasti. Suatu tandabahwa anak tersebut telah semakin sadar sebagai manusia yang berbeda dari yang lainnya. (Horton, 1993). Dengan kematangan fisik serta akumulasipengalaman- pengalaman sosialnya anak itu membentuk suatu gambaran tentang diri- nya. Pembentukan gambaran diri seseorangmungkin merupakan proses tunggal yang sangat pentingdalam perkembangan kepribadian.
Pengalaman sosial merupakansuatu hal penting untuk pertum- buhan  manusia.  Perkembangankepribadian bukanlah  hanya  sekedar pembukaan otomatis potensi bawaan. Tanpa pengalamankelompok, kepribadian manusia tidak berkembang. Bahkan dapat dikatakan bahwa manusia membutuhkan pengalaman kelompok yang intim bila mereka ingin berkembang sebagai makluk dewasa yang normal.
Keberadaan kelompok dalam masyarakat merupakansuatu hal penting dalam perkembangan kepribadian seseorang, karena kelompok- kelompok ini merupakan model untuk gagasan atau norma-norma peri- laku seseorang. Kelompok semacam itu disebut kelompok acuan (reference group). Mula-mula kelompok keluarga adalah kelompok yang terpenting, karena kelompok ini merupakan kelompoksatu-satunya yang dimiliki bayi selama masa-masa yang paling peka. Semua yang berwenang setuju bahwa ciri-cirikepribadian dasar dari individu dibentuk pada  tahun-tahun pertama ini  dalamlingkungan keluarga. Kemudian, kelompok sebaya (peer group), yakni kelompok lain yang sama usia dan statusnya, menjadi penting sebagai suatu kelompokreferens. Kegagalan seorang anak untuk mendapatkan pengakuan sosial dalam kelompok sebaya sering diikuti oleh pola penolakan sosial dan kegagalan sosial seumur  hidup.  Apabila  seorang  belum  memiliki  ukuran  yang  wajar tentang penerimaan kelompok sebaya adalah sulit, kalau tidak dapat dikatakan mustahil, bagi seorang untuk mengembangkan gambaran diri yang dewasasebagai seorang yang berharga dan kompeten.
Kelompok acuan ini dalam perkembangannya mengalami pergan- tian seiring dengan usia dan aktifitas individu yang bersangkutan. Hanya perlunya disadaribahwa dari ratusan kemungkinan kelompok referens yang menjadi penting bagi setiap orang dan dari evaluasikelompok ini gambaran diri seseorang secara terus-menerus dibentuk dan diperba- harui. Oleh karena itu, tidaklah salah kalau dikatakan bahwa setiap individu bisa menjadi acuan atau referens bagi individu lainnya dalam pembentukan kepribadianyang bersangkutan, demikian juga sebaliknya.
Masyarakat yang kompleks/majemuk memiliki banyak kelompokdan kebudayaan khusus dengan standar yang berbeda dan kadangkala bertentangan. Seseorang dihadapkan pada model-model perilaku yang padasuatu saat dipuji sedang pada saat lain dicela atau disetujui oleh beberapa kelompok dan dikutukoleh kelompok lainnya.Dengan demikian seorang anak akan belajarbahwa ia harus "tangguh" dan mampu untuk "menegakkan haknya", namun pada saat yang sama ia pun harus dapat berlaku tertib, penuh pertimbangan dan rasa hormat. Dalam suatu ma- syarakat  di  mana  setiap  orang  bergerak  dalam  sejumlah  kelompokdengan standar dan nilai yang berbeda, setiap orang harus mampu menentukan cara untuk mengatasi tantangan-tantangan yang serba bertentangan.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More