Ikan merupakan bahan pangan yang mudah sekali busuk. Tanpa penanganan yang
baik, segera setelah ikan ditangkap maka akan mengalami penurunan mutu yang drastic, biasanya didahului
dengan kekakuan kemudian terjadi proses dekomposisi yang arahnya ke pembusukan.
Mutu ikan
ditentukan oleh tingkat kesegarannya.
Pengertian kesegaran ada dua pertimbangan penting :
1. waktu : dapat berarti baru ditangkap, tidak disimpan dan tidak diawetkan
2.
mutu : mutunya masih orosinil (asli) dan belum mengalami kemunduran mutu. Kriteria mutu ikan :
1.
kualitas penyimpanan
2.
penampakan dan bau
3. palatabilitas
: adanya flavor, tekstur dan penampakan yang normal
(tidak adanya flavor, tekstur dan penampakan yang abnormal
Mutu dan kesegaran ikan diuji
dengan berbagai metode :
1. metode
indrawi : ditujukan pada factor-faktor mutu seperti :
•
rupa yaitu mengamati
perubahan
yang terjadi pada
insnag, mata, lendir,
permukaan badan, sayatan daging dan isi perut
•
bau dan flavor : umumnya bau dan flavor ikan berubah dari segra meningkat ke datar (plain), amis (fishy), manis (sweet), asam (sour), berbau (stale), busuk
2. Metode kimia : kesegaran
ikan
ditentukan dengan cara
mengukur
komponen- komponen yang terbentuk selama proses penurunan mutu
ikan (proses pembusukan ikan) setelah ikan mati.
• Setelah ikan mati, ikan akan mengalami rogor mortis yaitu ikan mengalami kekakuan karena adanya penggabungan aktin dan myosin menjadi aktomiosin. Akibat proses rigor mortis ini akan terbentuk
asam laktat sebagai hasil proses glikolisis dan persediaan ATP semakin menipis karena dipecah untuk pembentukan aktomiosin.
• Pasca rigor, daging akan lunak kembali karena terjadinya hidrolisis kreatinin fosfat dan ATP menghasilkan kreatin, fosfat, ADP, ribose,
ammonia.
Penurunan ini mengakibatkan pH daging ikan naik lagi menjadi 6,2 – 6,6, bahkan kalau ikan banyak
bergerak mutunya mencapai 7,0 (alkaline rigor).
• Sejalan
dengan proses
diatas terbentuk
beberapa senyawa
yang sesuai
dengan kemunduran mutu ikan yaitu TMA (Trimetil Amin),
asam
laktat, senyawa-senyawa basa
nitrogen, asam amino dan lain-lain yang sebagian besar terbentuk akibat aktivitas mikrobia.
Kesegaran
ikan ditentukan :
¾
Kandungan TVB (Total Volatil Basa) dan TMA (Trimetil Amin)
TVB
< 20 mg persen ÆIkan dinyatakan segar dan masih bisa dimakan
TVB
> 30 mg persen Æ ikan sudah mulai membusuk
TVB 40 mg persen Æ ikan sudah tidak layak untuk dikonsumsi
TMA 20 – 15 mg persen ikan yang masih baik mutunya
Metode pengukuran TMA ini tidak dapat dilakukan pada ikan yang sudah diolah karena TMA sudah rusak oleh panas.
¾
pengukuran asam-asam volatile
Kandungan asam-asam organic volatile meningkat sejalan dengan perubahan
komponen selama pembusukan.
¾
Pengukuran pH
Cara ini sangat sederhana dan mudah. Nilai pH dari daging pada tahap
permulaan pembusukan
adalah 6,85 pada ikan berdaging putih dan 6,27 pada
ikan berdaging merah.
3. Metode fisik Æ paling mudah tetapi paling sulit untuk mendapatkan index standar pengukuran kesegarannya.
Beberapa metode fisik yang sering digunakan :
1. Pengukuran keutuhan/ketegaran/kekompakan dari daging
ikan.
Derajat keutuhan/kekompakan/ketegaran dari tubuh
ikan menunjukkan criteria
yang sangat efektif pada ahli ikan
yang berpengalaman
dalam menilai kesegaran ikan.Æ diukur kekokohan jaringannya.
2. Resistensi listrik
Resistensi
listrik dari ikan akan menurun dan cepat selama waktu post mortem yang konstan
0 komentar:
Posting Komentar