Rabu, 25 Desember 2013

Modernisasi dan Pembangunan Menurut WW. Rostow

Secara klasik, tiap negara dapat melakukan upaya secara mandiri untuk menjawab   dan   menyelesaikan   problem   keterbelakangan   yang   menghimpitnya. Peluang untuk melakukan itu sangat terbuka, sama dengan peluang yang dimiliki dan telah dilakukan oleh negara-negara maju lainnya dalam melakukan pembangunan di negaranya masing-masing.
Negara-negara yang masih berada dalam jurang keterbelakangan dan kemiskinan,  masyarakatnya  melakukan  kegiatan  ekonomi  secara  agraris  dengan kultur dan tanah serta kebun yang mereka miliki. Sedangkan negara maju adalah mereka yang ekonominya didasarkan pada kehidupan industri yang telah dilakukan sebelumnya sebagai pengganti ekonomi agraris di negara maju tersebut. Jadi, negara terbelakang identik dengan sawah dan kebun atau pertanian, sedangkan negara maju identik dengan pabrik dan segala jenis industrinya.
Pendapat klasik ini kemudian terfokus pada anggapan bahwa keterbelakangan adalah  hambatan  utama  yang  menyebabkan  negara-negara  non-industri  (agraris) gagal melakukan industrialisasi yang pernah dilakukan oleh negara-negara industri pada masa sebelumnya pada abad XVIII dan XIX. Kerangkainilah yang kemudian menjadi   dasar   pemikiran   dari   WW.   Rostow   dengan   teori   lima   tahapan pembangunannya.
Sebagai seorangekonom positivistik, WWRostow memiliki tiga asumsi dasar yang tertuang dalam bukunya The Stages of Economic Growth: a Non-Communist Manifesto. Pertama, Rostow berpendapat bahwa pembangunan adalah sebuah proses linier  yang  memerlukan  perencanaan  matang  dalam  tiap  segi  pembangunannya, bukan proses gradual yang zig-zag tanpa arah tertentu. Kedua,pembangunan juga berarti kemampuan ekonomi, maka untuk mencapai kemandirian ekonomi, sebuah negara harus melalui lima tahapan pembangunan. Ketiga, jika dalam modernisasi, sebuah negara tidak mencapai tahapan-tahapan tersebut secara linier, maka pembangunan  yang  dilakukannya  telah  gagal.  Artinya,  kegagalan  pembangunan
adalah kegagalan melewati lima tahapan pembangunan tersebut.
Pembangunan dipahami sebagai proses linier artinya bahwa pembangunan adalah sebuah tahapan yang harus ditempuh secara berurutan dari awal sampai akhir, bukan merupakan tahapan yang dapat ditempuh dengan cara meloncat-loncat. Ibarat angka, maka tahapan adalah perjalanan dari angka satu, menuju dua, menuju tiga, menuju empat, sampai seterusnya. Pembangunan bukanlah proses yang berjalan dari angka satu, menuju tiga, menuju enam, kembali ke angka dua, lalu menuju empat,
karena langkah semacam ini bukanlah langkah yang linier. 
Konsentrasi utama sebuah negara dalam melakukan pembangunan adalah peningkatan kemampuan ekonomi warga negaranya, karena menurut Rostow, inti pembangunan adalah ekonomi. Bagaimanapun bagusnya pertumbuhan fisik berupa bangunan, institusi, budaya dan politik sebuah negara, tanpa diimbangi dengan peningkatan  atau  pertumbuhan  ekonomi  yang  baik,  maka  pembangunan  tersebut dapat dikatakantidak berhasil. Jadi ukuran keberhasilan pembangunan menurut Rostow adalah tingginya tingkat kemampuan ekonomi sebuah negara.Dengan keberhasilan menumbuhkan ekonomi, maka negara tersebut akan dapat mengembangkan sekian banyak aspek kehidupan lain seperti politik, budaya, pendidikan, bidang sosial, keamanan, dan lain sebagainya.



0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More