Senin, 09 Desember 2013

KONSEP DAN PENGERTIAN TENTANG BANGSA INDONESIA SECARA UMUM DAN MENURUT PARA AHLI

Identitas   nasional   berkaita denga konse bangsa Apakah   bangsa   itu? Pengertian bangsa (nation) dalam konsep modern, tidak terlepas dari  seorang cendekiawan Prancis, Ernest Renan (1823-1892), seorang filsuf, sejarahwan dan pemuka agama  dalam  esainya  yang  terkenal  Quest-ce  quune  nation?   Yang disampaikan  dalam  kuliah  di  Universitas  Sorbonne  pada  tahun  1882.  Dalam esainya tersebut dia menyatakan bahwa bangsa adalah sekelompok manusia yang memiliki kehendak bersatu sehingga merasa dirinya adalah satu. Menurut Renan, faktor  utama  yang  menimbulkan  suatu  bangsa  adalah  kehendak  bersama  dari masing-masing warga untuk membentuk suatu bangsa(Soeprapto, 1994:115)

Lain  halnya  dengan  Otto  Bauer  (1881-1934)  seorang  legislator  dan seorang theoreticus, menyebut bahwa bangsa adalah suatu persatuan karakter/perangai yang timbul karena persatuan nasib. Otto Bauer lebih menekankan pengertian bangsa darikarakter, sikap dan perilakuyang menjadi jatidiri   bangsa   dengan   bangsa   yang   lain.   Karakte ini   terbentuk   karena pengalaman sejarah budaya yang tumbuh berkembang bersama dengan tumbuhkembangnya bangsa (Soeprapto, 1994:114).

Dalam pandangan Tilaar (2007:29), bangsaadalah suatu prinsip spiritual sebagai hasil dari banyak hal yang terjadi dalam sejarah manusia. Bangsa adalah keluarga spiritual dan tidak ditentukan oleh bentuk bumi misalnya. Apa yang disebut prinsip spiritual atau jiwa daribangsa? Terdapat dua haldalam prinsip spiritual tersebut: 1) terletak pada masa lalu, dan 2) terletak pada masa kini. Pada masa lalu suatu komunitas mempunyai sejarah atau memori yang sama. Pada masa kini, komunitas tersebut mempunyai keinginan untuk hidup bersama atau suatu keinginan untuk mempertahankan nilai-nilai yang telah diperoleh oleh seorang dari upaya-upaya masa lalu, perngorbanan-pengorbanan dan pengabdian. Masa lalu merupakan modal sosial (social capital) dimana di atasnya dibangun cita-cita nasional. Jadi suatu bangsa mempunyai masa jaya yang lalu dan mempunyai keinginan yang sama di masa kini. Berdasarkan spirit tersebut itulah manusia bersepakat untuk berbuat sesuatu yang besar. Rasa kejayaan atau penderitaan  masa  lalu  adalah  lebih  pentindari  perbedaan  ras  dan  budaya. Dengan demikian suatu bangsaadalah suatu masyarakat solidaritas dalam skala besar. Solidaritas tersebut disebabkan oleh pengorbanan yang telah diberikan pada masalalu dan bersedia berkorban untuk masa depan (Tilaar, 2007:29).

Dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia (Soeprapto, 1994:115), dijelaskan definisi bangsa menurut hukum, yaitu rakyat atau orang-orang yang berada di dalam suatu masyarakat hukum yang terorganisir. Kelompok orang-orang satu bangsa ini pada umumnya menempati bagian atau wilayah tertentu,berbicara dalam bahasa yang sama (meskipun dalam bahasa-bahasa daerah), memiliki sejarah, kebiasaan, dan kebudayaan yang sama, serta terorganisir dalam suatu pemerintahan yang berdaulat.
Dari definisitersebut, nampak bahwa bangsa adalah sekelompok manusia
yang:
1)Memiliki cita-cita bersama yang mengikat mereka menjadi satu kesatuan.
2)Memiliki   sejara hidup   bersama,   sehingg tercipt rasa   senasib sepenanggungan.
3)Memiliki adat, budaya, kebiasaan yang sama sebagai akibat pengalaman hidup bersama.
4)Memiliki  karakter,  peranga yang  sama   yang  menjadi  pribadi  dan jatidirinya.
5) Menempati suatu wilayah tertentu yang merupakan kesatuan wilayah.
6) Terorganisir dalam suatu pemerintahan yang berdaulat, sehingga mereka terikat dalam suatu masyarakat hukum.

Lalu apakah bangsa Indonesia itu? Perkembangan masyarakat yang kini menyebut dirinya sebagai bangsa Indonesia telah melaluisuatu jarak waktu yang panjang, yaitu ketika masyarakat itu masih bertegak dan hidup dalamnegara atau kerajaan-kerajaan Nusantara (Gonggong, 2000:x). Tentang hal ini amatlah menarik menyimak apa yang dikatakan oleh Clifford Geertz (2000), antropolog kondang yang dianggap sebagai ahli Indonesia sebagaimana dikemukakan oleh Gonggong (2000:x) berikut:

Ketika kita menyaksikan panorama Indonesiasaat ini, rasanya kita sedang menyusun suatu sinopsis masa lalu yang tanpa batas, seperti kalau kita melihat benda-benda peninggalan sejarah (artefak) dari bermacam-macam lapisan dalam situs arkeologis yang lama mengeram, yang dijajarkan di atas sebuah meja sehingga sekali pandang bisa kita lihat kilasan sejarah manusia sepanjang ribuan tahun. Semua arus kultural yang sepanjang tiga milennia, mengalir berurutan, memasuki Nusantara dari India, dari Cina, dari Timur Tengah, dari Eropa terwakili di tempat-tempat tertentu: di Bali  yang  Hindu,  di  permukiman  Cina  di  Jakarta,  Semarang  atau Surabaya, di pusat-pusat Muslim di Aceh, Makasar atau Dataran Tinggi Padang;  di  daerah-daerah  Minahasa  dan  Ambon  yang  Calvinis,  atau daerah-daerah Flores dan Timor yang Katolik.

Lebih  lanjut,  Geertz  menunjukkan  fakta  tentang  situasi  masyarakat Indonesia, sebagai berikut:

Rentang struktur sosialnya juga lebar, dan merangkum: sistem-sistem kekuasaan Melayu-Polynesia dipedalaman Kalimantan atau Sulawesi, desa-desa tradisional di dataran rendah di sepanjang sungai Jawa Tengah dan Jawa Timur; desa-desa nelayan dan penyelundupan yang berorientasi pasar  di  pantai-pantai  Kalimantan  dan  Sulawesi;  ibu-ibu  kota  provinsi yang kumuh dan kota-kota kecil di Jawa dan pulau-pulau seberang; dan kota-kota metropolitan yang besar, terasing, dan setengah modern seperti Jakarta, Medan, Surabaya dan Makasar. Keanekaragaman bentuk perekonomian sistem-sistem stratifikasi, atau aturan kekerabatan juga melimpah ruah.

Apa yang diterangkan di atas barulah hal-hal yang berkaitan dengan kebudayaan yang dilatari oleh perjalanan sejarah yang panjang. Dilihat dari segi agama, keyakinan, budaya, dan suku bangsa, Indonesia adalah satu contoh Negara yang paling beragam. Bahkan menurut Geertz (1996) sebagaimana dikemukakan F Budi Hardiman (2005:viii) dalam pengantarnya untuk buku Kewarganegaraan Multikultural karya Will Kymlicka, menyatakan sebagai berikut:

Indonesia ini sedemikian kompleksnya sehingga rumit untuk menentukan anatominya secara persis. Negara ini bukan saja multi-etnis (Dayak, Kutai, Makasar, Bugis, Jawa, Sunda, Batak, Aceh, Flores, Bali, dan seterusnya), tetapi  juga  menjadi  medan  pertarungan pengaruh  multi-mental  dan ideologi    (India,   Cina,   Belanda,    Portugis,    Hinduisme,  Budhisme, Konfusianisme, Islam, Kristen, Kapitalisme,  dan seterusnya). Indonesiademikian tulisnya, adalah sejumlah bangsa dengan ukuran, makna dan karakter  yang  berbeda-beda  yang  melalui  sebuah  narasi  agung  yang bersifat historis, ideologis, religius atau semacam itu disambung-sambung menjadi sebuah struktur ekonomis dan politis bersama. Memperkuat pernyataan Geertz di atas, Kusumohamidjojo (2000:16) melukiskan kebhinnekaan Indonesia, yang kenyataannya sudah diketahui dan ditandai ketika para penjelajah mancanegara mulai mendarati pantai-pantai kepulauan Nusantara itu ke dalam duadimensi, geografis dan etnografis.

Pertama,  dimensi  geografis  sebagaimana  merupakan  hasil  pengamatan dari Alfred Wallace dan Weber yang kemudian dikukuhkan dalam Geografi sebagai Garis Wallacea yang membentang dari Laut Sulu di utara melalui selat Makasar hingga ke Selat Lombok di selatan, dan Garis Weber yang membentang dari pantai barat Pulau Halmahera di utara melalui Laut Seram hingga keLaut Timor di selatan. Garis Wallacea danWeber secara fisiko-geografis membedakan Dangkalan Sunda di sebelah Barat (yang meliputi pulau-pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali) dari Dangkalan Indonesia Tengah (yang meliputi pulau-pulau Sulawesi dan sebagian pulau-pulau Nusa Tenggara sebelah Barat), dandari Dangkalan Sahul di sebelah timur (yang meliputi kepulauan Halmahera, Aru dan Papua). Kebedaan itu merupakan akibat dari proses perkembangan fisiko- geografis  yang  ditinggalkan  oleh  akhir  Zaman  Es.  Kebedaan  geografis  itu berakibat menentukan pada kebedaan dunia flora danfauna dari masing-masing kelompok kepulauan itu.

Dimensi   kedua   adalah   dimensi   yang   etnografis,   yang   merupakan perpaduan konsekuensi dari dimensi fisiko-geografis dan proses migrasi bangsa- bangsa  purba.  Dalam  kerangka  dimensi  entografis  itu  kita lalu  dapat  melihat adanya perbedaan etnis pada penduduk yang mendiami berbagai pulau-pulau Nusantara. Dari hasil penelitian yang dilakukan seorang antropolog Junus Melalatoa (1995) yang kemudian hasil penelitian ini diterbitkan sebagai Ensiklopedi Suku Bangsadi Indonesia (Depdikbud, 1995) diketahui adanya tidak kurang dari 500 suku bangsayang mendiami wilayah negara yang kita sepakati bersama-sama  bernama  Indonesia ini,  mereka  mendiami  sekitar  17.000  pulau besar dan kecil, berpenghuni atau tidak berpenghuni.

Uraian di atas sebenarnya menunjukkan bahwa betapa sulitnya merumuskan apakah bangsa Indonesia itu sebenarnya. Tentu saja akan banyak pengertian yang muncul.Presiden Soekarno, menyatakan bahwa bangsa Indonesia adalah seluruh manusiayang menurut wilayahnya telah ditentukanuntuk tinggal secara bersama di wilayah nusantara dari ujungBarat (Sabang) sampai ujung Timur (Merauke) yang memiliki Le desir detre ensemble (kehendak bersama, pendapat  Ernest  Renan)   dan  Charactergemeinschaft (persatuan   karakter, menurut Otto Bauer) yang telah menjadi satu (Winarno, 2007:42).

Tilaar (2007:38) mengemukakan bahwa bangsa  Indonesiaadalah suatu kesatuan sosial yang terdiri dari berbagai suku bangsa yang mendiami wilayah negara kesatuan republik Indonesia dan menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia. Bangsa Indonesia merupakan suatu kesatuan solidaritas kebangsaan. Seorang  merupakan  bangsa Indonesia kalau  dia  itu  menganggap  bagian  dari nation Indonesia, yaitu suatu kesatuan solidaritas dari seseorang tehadap tujuan bersama masyarakat Indonesia. Kesatuan solidaritas itu berasal dari nation-nation yang  sudah  lama  ada  di  kepulauan  nusantara,  seperti  bangsa Jawa,  bangsa Minangbangsa  Minahasa,  bangsa  Papua.  Demikian  pula  suku  bangsa yang lainnya di nusantara termasuk suku-suku keturunan Cina, Arab, dan lainnya yang telah menganggap kepulauan nusantara ini sebagai tanah airnya.

Faktor-faktor  penting  bagi  pembentukan  bangsa  Indonesia  (Winarno,  2007:42) adalah sebagai berikut:
1) Adanya persamaan nasib, yaitu penderitaan bersama di bawah penjajahan bangsa asing lebih kurang 350 tahun.
2) Adanya keinginan bersama untuk merdeka, melepaskan diri dari belenggu penjajahan.
3) Adany kesatuan   tempa tinggal,   yait wilaya nusantar yang membentang dari Sabang sampai Merauke.
4) Adanya  cita-cita  bersama  untuk  mencapai  kemakmuran  dan  keadilan
5)  sebagai suatu bangsa.
Keanggotaan seseorang sebagai bangsa Indonesiabukan berarti ia melepaskan  keanggotaan  dari  suatu  kesatuan  sosial  lainnya  seperti keanggotaannya sebagai suku Jawa, sebagai umat penganut dari suatuagama. Menurut Tilaar (2007:32), seseorang termasuk bangsa Indonesia adalah seseorang yang memiliki perilaku tertentu yang merupakan perilaku Indonesia, perasaan- perasaan tertentu yang merupakan jati diri (identitas) bangsa Indonesia.


0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More