Fermentasi ikan merupakan cara pengawetan
tradisional di Indonesia dan negara- negara Asia Tenggara. Ikan yang difermentasi
pada
umumnya ikan-ikan kecil, murah dan
campuran berbagai jenis ikan hasil samping tangkapan ikan (ikan rucah). Fermentasi ikan dapat dilakukan dengan teknologi sederhana oleh nelayan, industri rumah tangga dan industri kecil.
Reaksi yang terjadi selama fermentasi ikan adalah reaksi penguraian senyawa-senyawa bermolekul besar, terutama protein menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Protein ikan akan terurai menjadi asam amino dan peptida, yang selanjutnya akan terurai lebih lanjut menjadi senyawa-senyawa yang berperan dalam pembentukan cita rasa. Jika pada ikan yang difermentasi
ditambah senyawa lain, misalnya pati atau nasi maka senyawa tersebut akan diuraikan menjadi senyawa yang lebih sederhana seperti asam, alkohol, dan lain-lain. produk akhir hasil fermentasi ikan dapat berupa ikan utuh, pasta atau saus.
Metode fermentasi ikan di Indonesia dapat digolongkan
menjadi 2 macam. Pertama,
fermentasi menggunakan kadar garam
tinggi, misalnya pembuatan peda,
kecap ikan
dan bekasang. Kedua, fermentasi
menggunakan bakteri asam laktat, misalnya dalam
pembuatan
bekasam dan
chaoteri. Pada
fermentasi
asam
laktat sering ditambahakan garam untuk merangsang pertumbuhan asam laktat. Dengan demikian fermentasi ikan umumnya merupakan gabungan fermentasi garam dan fermentasi asam laktat.
Produk hasil fermentasi ikan bersifat awet. Hal ini disebabkan antara lain oleh :
1. Penurunan
aktivitas air, yaitu air bebas yang dapat digunakan oleh mikroba untuk
pertumbuhannya. Penurunan aktivitas air ini disebabkan karena penambahan garam, gula dan
pengeringan.
2. Penurunan pH daging ikan karena terbentuknya
asam (terutama asam laktat) hasil fermentasi.
Karena kadar garamnya umumnya tinggi, produk fermentasi ikan tidak dapat dimakan banyak. Produk ini biasanya digunakan sebagai bahan perangsang
makan atau bumbu.
Produk-produk
fermentasi ikan yang umum dikenal antara lain peda, kecap ikan, terasi, bekasang, bekasam (bekasem) dan chaoteri.
Peda adalah produk fermentasi ikan menggunakan
kadar garam tinggi (25 - 30 %).
Hasil akhirnya
berupa ikan utuh dengan kadar garam 15 - 20 % dan berwarna agak merah kecoklatan. Ikan yang biasa dibuat peda adalah ikan kembung jantan dan betina.
Jenis ikan yang biasa diolah menjadi
kecap ikan adalah ikan kecil (misalnya
teri) ikan rucah dan limbah ikan (isi perut, kepala dan insang). Perbandingan ikan
dan garam umumnya 6
: 4 - 5 dan fermentasi dilakukan selama 2 - 12 bulan kadang-kadang
bisa
lebih lama. Produk akhir kecap ikan berupa cairan kental dengan kadar garam 25 - 30 %.
Terasi merupakan produk
fermentasi
ikan berbentuk
pasta
padat.
Bahan
baku yang digunakan berupa
ikan kecil,
udang rebon, udang
kecil, teri dan
limbah ikan
yang
ditambah garam dan
kadang-kadang bahan lain seperti tepung tapioka. Adanya penambahan tapioka menyebabkan terjadi fermentasi laktat dalam pembuatan terasi.
Bekasang merupakan produk khas Sulawesi Utara, dibuat dari jeroan ikan cakalang yang
ditambah garam
hingga
20 %.
Fermentasi
dilakukan dalam botol selama beberapa bulan. Bentuknya mirip terasi tetapi berbentuk pasta kental. Bekasam
atau bekasem
merupakan
produk
fermentasi ikan yang
berasal
dari Jawa Tengah, Sulawesi Selatan
dan Kalimantan
Tengah (disebut wadi). Ikan yang
digunakan umumnya ikan air tawar. Ikan dibersihkan, kemudian ke dalam rongga perutnya
dimasukkan
campuran nasi dan garam dan ditaruh dalam guci tanah (kuali) lalu difermentasi.
Nasi
akan merangsang
pertumbuhan bakteri asam laktat yang akan menguraikan pati menjadi
asam laktat, asetat, propionat dan etil alkohol. Senyawa-senyawa
tersebut menghasilkan rasa
asam bekasam dan juga berfungsi sebagai pengawet.
Chaoteri adalah produk fermentasi ikan-ikan kecil yang dicampur dengan tape atau
tape
ketan. Produk ini merupakan makanan tradisional Sulawesi Selatan. Disamping asam laktat, pada . Penurunan aktivitas air, yaitu air bebas yang dapat digunakan oleh mikroba untuk pertumbuhannya.
Penurunan aktivitas air ini disebabkan karena penambahan garam, gula dan pengeringan. Penurunan pH daging ikan karena terbentuknya asam (terutama asam
laktat) hasil fermentasi.
Karena kadar garamnya umumnya
tinggi, produk fermentasi ikan tidak
dapat dimakan banyak.
Produk ini biasanya digunakan sebagai bahan perangsang makan atau
bumbu. Produk-produk fermentasi ikan yang umum
dikenal antara lain peda, kecap ikan, terasi, bekasang, bekasam (bekasem) dan chaoteri.
0 komentar:
Posting Komentar