Tata surya (Solar
System) terdiri dari matahari, planet, serta benda-benda langit lainnya
seperti satelit, komet, meteor, dan asteroid. Tata surya dipercaya terbentuk sejak 4.600 juta tahun yang lalu,
yang merupakan hasil penggumpalan gas debu di angkasa yang membentuk matahari
dan kemudian planet-planet yang mengelilingi matahari. Matahari mengandung
sekitar 99,87% bahan pembentuk seluruh tata surya. Ada dua paham yang
berhubungan dengan tata surya, yaitu paham geosentris dan paham heliosentris.
Paham geosentris dikembangkan oleh Claudius Ptolemaeus (Ptolemy) sekitar tahun
150 T.M. Menurut paham geosentris, bumi merupakan pusat dari jagad raya. Bulan
berputar mengelilingi bumi dengan orbit yang paling dekat, sementara bintang-bintang
terletak pada bulatan angkasa yang besar dan berputar pada orbit yang paling jauh.
Paham geosentris bertahan hingga abad ke-16. Baru pada sekitar tahun 1543
terjadi revolusi ilmiah besar-besaran yang dilakukan oleh Copernicus. Copernicus
menggantikan paham geosentris dengan paham baru yang disebut paham
heliosentris. Menurut paham heliosentris, yang menjadi pusat jagat raya bukanlah
bumi, melainkan matahari. Matahari berada pada pusat alam semesta, sedangkan
bumi beserta planet-planet yang lainnya bergerak mengelilingi matahari pada
orbitnya masing-masing. Paham heliosentris mendapat dukungan dari Kepler.
Pada
tahun 1609 Kepler mendukung gagasan tersebut dengan mengemukakan tiga hukumnya
yang selain menyebutkan bahwa matahari sebagai pusat dari tata surya, juga
memperbaiki orbit planet menjadi elips. Pada tahun yang sama Galileo menemukan
teleskop. Melalui pengamatan dengan teleskop Ia menarik kesimpulan bahwa yang
menjadi pusat tata surya bukan bumi,
melainkan matahari. Penemuan teleskop oleh Galileo tidak hanya menguatkan paham
heliosentris dari Cpernicus, tetapi membuka lembaran baru dalam perkembangan ilmu
astronomi.
0 komentar:
Posting Komentar