Kamis, 24 Oktober 2013

Teori Belajar dan perkembangan kognitif menurut Piaget

Menurut Jean Piaget, proses belajar sesungguhnya terdiri dari 3 tahapan, yaitasimilasi,  akomodasi,  dan equilibrasi  (penyeimbangan).  Proses asimilasi adalah proses penyatuan atau pengintegrasian informasi baru ke struktur kognitif yang telah ada ke dalam benak siswa. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif  pada  situasi  yang  baru.  Equilibrasi  adalah  penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Misalnya seorang siswa telah memiliki pengetahuan tentang baik dan buruk. Kemudian gurunya memberi pelajaran baru tentang perbuatan baik dan buruk menurut Pancasila. Maka proses penyesuaian materi baru terhadap materi pengetahuan yang sudah dimiliki siswa itu disebut asimilasi.
Jika  proses  ini  dibalik,  yaitu  pengetahuasmahasiswa  disesuaikan dengan materi baru, maka proses ini disebut sebagai akomodasi. Selama proses asimilasi dan akomodasi berlangsung, diyakini ada perubahan struktur kognitif dalam diri siswa. Proses perubahan ini suatu saat berhenti. Untuk mencapai saat berhenti dibutuhkan proses equilibrasi (penyeimbangan). Jika proses equilibrasi ini berhasil dengan baik, maka terbentuklah struktur kognitif yang baru dalam diri siswa berupa penyatuan yang harmonis antara pengetahuan lama dengan pengetahuan baru.
Seseorang  yang  mempunyai  kemampuan  equilibrasi  yang  baik  akan mampu menata berbagai informasi ke dalam urutan yang baik, jernih, dan logis. Sedangkan seseorang yang tidak memiliki kemampuan equilibrasi yang baik akan cenderung memiliki alur fikir yang ruwet, tidak logis, dan berbelit-belit.
Disampin itu,   Piaget   berpandanga bahwa   prose belajar   harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Dalam hal ini Piaget membagi menjadi 4 tahap, yaitu :
1.   Tahap sensori motor (0 tahun sampai 1,5 tahun atau 2 tahun)
Pada tahap ini tingkah laku inteligen individu dalam bentuk aktivitas motorik  sebagareaksstimulassensorik.  Anak  belum  mempunyai  konsep tentang objek secara tetap, namun hanya mengetahui hal-hal yang ditangkap melalui inderanya.
2.    Tahap praoperasional  (2 atau 3 tahun sampai 7 atau 8 tahun)
Pada  tahap  ini reaksi anak  terhadap  stimulus  sudah  berupa  aktivitas internal. Anak telah memiliki penguasaan bahasa yang sistematis, permainan simbolis, imitasi, serta bayangan dalam mental.  Anak sudah mampu menirukan tingkah laku yang dilihatnya sehari atau sehari sebelumnya, serta dapat mengadakaantisipasi.    Akatetapi pada  masa  ini  pola  berfikir  anak  masih egosentrik, cara berfikirnya memusat (hanya mampu memusatkan pikiran pada 1 dimensi saja), dan berfikirnya tidak dapat dibalik.
3.   Stadium Operasional Kongkrit (7 atau 8 tahun sampai 12 atau 14 tahun)
Cara berfikir egosentris semakin berkurang dan anak sudah mampu berfikir  multi  dimensdalam  waktu  seketika  dan  mampu  menghubungkan beberapa dimensi itu. Di samping itu, anak sudah mampu memperhatikan aspek dinamis dalam berfikir, dan mampu berfikir secara  reversible (dapat dibalik).
4.   Stadium Operasional Formal
Cara  berfikir  seseorantidaterikat,  sudah terlepas dari tempat  dan waktu. Bila dihadapkan pada masalah seseorang sudah mampu memikirkan secara teoritik dan menganalisa dengan penyelesaian hipotetis yang mungkin ada. Disamping itu, individu juga sudah mampu melakukan matriks kombinasi atas berbagai kemungkinan pemecahan masalah dan kemudian melakukan pengujian hipotesis atas kemungkinan-kemungkinan jawaban tersebut.
Implikasi pandangan Piaget dalam praktek pembelajaran adalah bahwa guru hendaknya menyesuaikan proses pembelajaran yang dilakukan dengan tahapan- tahapan kognitif yang dimiliki anak didik. Karena tanpa penyesuaian proses pembelajaran dengan perkembangan kognitifnya, guru maupun siswa akan mendapatkan kesulitan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Misalnya  mengajarkan  konsep-konseabstrak  tentanPancasila kepada  siswa kelas dua SD, tanpa ada usaha untuk mengkongkretkan konsep-konsep tersebut tidak hanya percuma, akan tetapi justru semakin membingungkan siswa dalam memahami konsep yang diajarkan.
Secara umum, pengaplikasian teori Piaget biasanya mengikuti pola sebagai berikut :
a menentukan tujuan-tujuan instruksional
b memilih materi pelajaran
c menentukan topik-topik yang mungkin dipelajari secara aktif oleh siswa
d.   menentukan damerancang  kegiatan kegiatabelajar  yancocok  untuk topik-topik yang akan dipelajari siswa.(Kegiatan belajar ini biasanya berbentuk eksperimentasi, problem solving, role play, dan sebagainya)
emempersiapkan berbagai pertanyaan yang dapat memacu kreativitas siswa untuk berdiskusi maupun bertanya
f mengevaluasi proses dan hasil belajar.


0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More