Senin, 28 Oktober 2013

Teori belajar classical conditioning menurut Pavlov

Classical conditioning atau kondisioning klasik, ditemukan oleh Ivan P. Pavlov, seorang ahli fisiologi Rusia. Waktu Pavlov melakukan penelitian proses pencernaan pada anjing melihat daging, atau mendengar langkah kaki majikannya mendekat. Berdasarkan penemuan ini, Pavlov mengadakan ekspeimen di laboratorium, dengan cara sebagai berikut :
Anjing yang telah dioperasi kelenjar ludahnya, supaya diukur sekresi ludahnya, kemudiaan dilaparkan. Setelaitu,  bel dibunyikan selama 30 detik, kemudian  tepung  daging  diberikan  kepada  anjing.  Pada  saat  bedibunyikan, anjing tidak mengeluarkan air liur, tetapi pada saat daging didekatkan pada ajing, anjing  mengeluarkaair  liur.  Percobaan  ini  dilakukan  berulang-ulang  dengan jarak 15 menit. Setelah diulang sampai 32 kali, baru mendengar bel, anjing sudah mengeluarkan air liur. Setelah daging diberikan kepada anjing, keluarnya air liur bertambah banyak.
Berdasarkan eksperimen ini, Pavlov memberi nama stimulus dan respon sebagai berikut:
1) Daging yang dapat menimbulkan keluarnya air liur pada anjing, disebut perangsang tak bersyarat, perangsang wajar, perangsang alami, atau unconditioned stimulus ( US ). Disebut demikian, karena memang sudah sewajarnya, kalau daging dapat merangsang anjing.
2)  Air liur yang keluar karena anjing melihat daging atau mencium bau daging, disebut respon tak bersyarat, unconditioned respons (UR), respons alami, respons wajar.
3)  Bunyi   be yan menyebabkan   anjing   mengeluarkan   ai liur disebut conditioning stimulus (CS), perangsang tak wajar, perangsang tak alami, perangsang bersayarat.
4)  Air liur yang keluar karena anjing mendengar bel, disebut respons bersyarat,

conditioning respons ( CR ), respon tak wajar, respon tak alami.

Dengan uraian ini, maka eksperimen Pavlov secara ringkas dapat diterangkan sebagai berikut :
US                                        UR CS1+ US1                                                          UR1
CS2+ US2                                                          UR2

CS3+ US3                                                          UR3



CS32+US32                                                          UR32

CSn                                                                             CRn



US merupakan stimulus yang secara biologis dapat menyebabkan adanya respons dalam bentuk refleks atau UR. Kalau dengan bantuan CS terbentuk CR, berarti sudah ada proses belajar.
Apabila pemberian CS tanpa adanya US terus-menerus diberikan kadar CR  makin  menurun,  dan dapat  hilang  sama  sekali.  Proseini disebut  proses extinction, atau proses hilangnya respons yandiharapkan. Tetapi apabila US diberikan lagi, maka dalam waktu yang relatif singkat, CR akan muncul kembali kembali. Hal ini disebut spontaneous recovery.
Supaya conditioning dapat terjadi, CS harus bersifat informatif bagi organisme. Berarti, CS harus merupakan tanda kalau US akan datang.
Walaupun pengulangan penyajian CS-US menyebabkan CR yang timbul makin  lama  makin  teratur  dan  kuat  (diketahui  dari  banyaknya  air  liur  yang keluar), tetapi pada suatu saat, pengulangan CS-US tidak menyebabkan penambahan kekuatan CR. Tingkat CR yang stabil ini disebut  asimtot kurve belajar.
Selain istilah-istilah ini, masih ada istilah lain dalam classical conditioning,  yaitu  generalisasi  stimulus  dadiskriminasi  stimulus. Kecenderungan organisme memberi respon tidak hanya pada stimulus yang dilatihkan, tetapi juga pada stimulus lain yang berhubungan, disebut generalisasi.
Contohnya,  seekor  anjing  yang  dilatiuntuk  mengeluarkan  air  liur dengan   car mendenga nad tertentu mak setelah   berhasi di juga mengeluarkan air  liur, kalamendengarkan nada yanlebih tinggi atalebih rendah. Hal ini berlawanan dengan yang terjadi dalam diskriminasi, dalam diskriminasi, organisme hanya memberi respon pada stimulus tertentu, sehingga tidak memberi respon pada stimulus yang lain, walaupun stimulus tersebut berhubungan dangan stimulus sebelumnya. Untuk terjadinya generalisasi atau diskriminasi, perlu ada latihan khusus yang berulang-ulang dan berbeda-beda.
Pavlov dalam penelitiannya juga dapat menciptakan conditioning tingkat tinggi, atau disebut higher order conditioning, dengan cara sebagai berikut :
Setelah bunyi bel (CS) dapat menyebabkan keluarnya air liur (CR) pada anjing,  maka pada penelitian selanjutnya, sebelum bel dibunyikan, dinyalakan terlebih dahulu lampu berkedip-kedip di dekat anjing. Ketika lampu berkedip- kedip, anjing sudah mengeluarkan air liur meskipun makanan belum disajikan. Kondisi tersebut digambarkan sebagai berikut:
1.         Lampu berkedip-kedip ( CS* ) + bunyi bel ( CS ) ® air liur (CR).

2.         Lampu berkedip-kedip ( CS* ) ® air liur ( SR ).



0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More