Senin, 21 Oktober 2013

Penyebab, Bentuk penolakan dan Cara Mengatasi Anak Susah Makan

Illingworth (1991), seorang ahli kesehatan anak, mengutarakan beberapa hal-hal yang menurut pengamatannya dapat menjadi penyebabAnak susah makan.
Pertama, memakan kudapan/camilan diantara jam makan, akibatnya tubuh masih berkecukupan dengan nutrisi yang berasal dari kudapan/camilan tersebut, sehingga anak tidak merasa lapar.
Kedua, perkembangan ego sang anak; anak menolak makan sebagai manifestasi dari perkembangan sikap mandiri. Anak merasa sebagai individu yang terpisah dari orangtua, sehingga menolak bentuk dominasi orangtua.
Ketiga, anak ingin mencoba kemampuan yang baru dimilikinya yaitu mencoba makan sendiri tetapi orangtua melarangnya melakukan hal tersebut.
Keempat, menu tidak bervariasi sehingga anak merasa bosan dengan makanan yang terhidang atau bentuk makanan tidak menarik.
Kelima, anak sedang merasa tidak bahagia, sedih, depressi atau merasa tidak aman/nyaman. Keenam, Anak sedang sakit.

Bentuk penolakan Anak yang susah makan:
Pertama, memuntahkan makanan;
Kedua, makan berlama-lama dan memainkan makanan. Pada tahapan usia 9 bulan-2,5 tahun memang masih merupakan suatu hal yang wajar jika anak makan berlama-lama karena ia belum mengenal konsep waktu. Namun jika anak telah berumur lebih dari usia tersebut, tetapi masih makan berlama-lama dan memainkan makanannya maka hal tersebut tidak lagi dapat disebut wajar/normal tetapi merupakan suatu cara anak untuk menarik perhatian dan menentang dominasi orangtua;
Ketiga, sama sekali tidak mau makan;
Keempat, menumpahkan makanan;
kelima, menepis suapan dari orangtua saran yang dapat anda lakukan jika menghadapi anak yang sulit makan.
Cara Mengatasi Anak susah makan adalah :
Pertama, kurangi kudapan/camilan atau tidak memberikan kudapan/camilan sama sekali di antara jam makan. Termasuk di sini adalah pemberian susu kepada anak. Bagi anak yang memiliki nafsu makan sangat baik, pemberian kudapan/camilan maupun susu diantara jam makan masih diperbolehkan, tetapi harus dilakukan dengan jadwal tetap dan dosistepat sehingga tidak terjadi obesitas.
Kedua, menghidangkan menu yang bervariasi. Sama seperti orang dewasa, jika hampir setiap hari diberikan menu yang sama, maka anak akan bosan (meskipun menu yang diberikan merupakan menu favorit anak tersebut). Oleh karena itu, orangtua harus jeli dan pintar untuk memberikan menu yang bervariasi kepada anak. Misalnya: jika anak sudah sering diberi ikan cobalah mengganti ikan dengan ayam atau daging atau dapat pula diganti cara memasaknya. Mempercantik tampilan makanan. Contohnya, dalam sebuah iklan di TV, ada orangtua yang menghidangkan nasi goreng dengan diberi gambar wajah, mata yang terbuat dari tomat, bibir dari sosis, dan hidung dari ketimun. Penampilan nasi goreng yang seperti ini akan lebih menarik perhatian bagi anak daripada nasi goreng yang terhidang begitu saja di piring tanpa hiasan.
Ketiga, saat anak sedang merasa sedih, cobalah untuk terlebih dahulu membuat perasaan anak lebih baik dengan menunjukkan kasih sayang dan mencoba mengerti penyebab mengapa anak merasa sedih. Contoh: anak sedih karena kematian anjing yang disayanginya, maka bisa dihibur dengan mengatakan bahwa “anjingnya sekarang sudah sembuh, tidak akan pernah sakit lagi di tempat yang baru”.
Keempat, biarkan anak makan sendiri. Jangan takut dengan kekotoran yang disebabkan anak makan sendiri, karena yang penting di sini adalah anak merasa mampu, dipercaya oleh orangtua, semakin mandiri dan kemampuan motoriknya juga akan terlatih dan berkembang baik. Kelima, jangan memburu-buru anak agar makan dengan cepat. Anak yang makannya berlama-lama, tidak perlu diburu-buru. Jika semua sudah selesai makan, meja sudah dibersihkan dan anak masih bermain dengan makanannya, maka sebaiknya makanannya disingkirkan. Anak mungkin akan merasa marah, jika hal ini terjadi orangtua tidak perlu berdebat ataupun memarahi anak, berikan perpanjangan waktu yang cukup, jika perpanjangan waktu sudah selesai maka makanan benar-benar ditarik dan tidak diberikan perpanjangan waktu lagi. Dengan demikian anak akan mengerti ada waktu untuk makan.
Keenam, tidak perlu setiap kali mengikuti keinginan anak dengan mengganti menu sesuai keinginanya, karena mungkin saja ketidaksukaannya disebabkan keinginan menentang dominasi orangtua. Sebaiknya tanamkan kesadaran pada anak bahwa makan adalah tugasnya, dengan tidak memuji jika makanan dihabiskan, dan juga tidak memarahi, mengancam, membujuk, menghukum, atau memberi label anak sebagai anak nakal jika makanannya tidak dihabiskan/tidak mau makan.
Ketujuh, jika anak tidak mau makan dan si anak berada dalam keadaan sehat, tidak apa-apa. Singkirkan saja makanan dari meja makan dan anak tidak perlu diberikan kudapan/camilan apapun di antara waktu makan utamanya. Dengan demikian, ketika tiba waktu makan selanjutnya anak akan merasa lapas (bukan kelaparan) dan ia pasti akan makan apapun yang dihidangkan.
Kedelapan, tidak perlu memberikan porsi yang banyak kepada anak, sehingga sulit dihabiskan. Lebih baik memberikan porsi yang sedang, jika anak merasa kurang, ia boleh minta tambah. Berikan makanan secara bertahap, jika anak merasa merasa kurang, ia boleh minta tambah. Berikan makanan secara bertahap sesuai jenis dan kandungan gizi satu perssatu mulai dari yang mengandung zat besi dan protein (daging) sampai terakhir jenis kurang penting misal puding cuci mulut. Jika anak merasa kenyang sebelum sampai pada makanan, tahap berikutnya orang tua tidak perlu lagi memaksa anak makan.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More