Sabtu, 26 Oktober 2013

Pembangunan dalam aspek industrialisasi menurut Paul Baran

Perbedaan mendasar antara pendapat Paul Baran dengan Karl Marx adalah pada  kondisi  industrialisasi  yang  terjadi  di  negara  maju  dan  negara  terbelakang. Kaum Marxis berpendapat bahwa negara Dunia Ketiga saat ini masih dalam kondisi tidur pulas dan tidak melakukan upaya untuk mencapai kemajuan, sentuhan negara maju dengan Kapitalisasinya akan membangunkan negara Dunia Ketiga dan akan mampu mencapai kemajuan yang diinginkan. Pendapat ini disangkal oleh Paul Baran bahwa sentuhan negara kapitalis memang dapat membangunkan negara pra-kapitalis, namun negara tersebut akan tetap mengalami keterbelakangan karena kapitalisasi di negara maju berbeda dengan Kapitalisasi di negara terbelakang. Penjelasan ini tertuang dalam bukunya berjudul The Political Economy of Growth yang diterbitkan tahun 1951.
Paul Baran berpendapat bahwa kapitalisme yang berkembang di negara maju melalui tiga prasyarat utama, yaitu:
1)  Meningkatnya  produksi  diikuti  dengan  tercerabutnya  masyarakat petani dari pedesaan.
2) Meningkatnya produksi komoditi dan terjadinya pembagian kerja mengakibatkan sebagian orang menjadi buruh yang menjual tenaga kerjanya sehingga sulit menjadi kaya, dan sebagian kelompok lagi menjadi majikan dengan kekayaan melimpah;
3)  Pengumpulan harta di tangan para pedagang dan tuan tanah.
Tiga faktor itulah yang menyebabkan kapitalisme di Eropa dapat membawa kemajauan karena terjadi investasi domestik dalam bidang industri. Di negara pinggiran mengalami kondisi berbeda dengan di negara maju. Industrialisasi yang berjalan lebih dikuasai oleh para pemodal asing dengan kekuatan dana yang dimilikinya, sehingga pertumbuhan surplus ekonomi di negara pinggiran tersebut pada dasarnya adalah keuntungan para pemodal asing yang memiliki usaha di Negara pinggiran. Kondisi ini juga membawa kematian pada industri yang digerakkan dari modal domestik yang memiliki nilai tukar mata uang lebih rendah daripada nilai tukar mata uang pemodal asing.
Industrialisasi di negara terbelakang juga mengundang pemodal asing yang berhasrat menginvestasikan modalnya di negara terbelakang tersebut. Investasi modal negara maju ini juga membawa tenaga-tenaga terampil dari negara tersebut untuk mengelola investasi yang telah dilakukan negara asing. Upah tenaga terampil asing lebih mahal dari upah tenaga terampil dalam negeri, sehingga pendapatan tenaga kerja asing yang ada di negara terbelakang lebih tinggi dari pendapatan tenaga kerja domestik di negara terbelakang itu sendiri.
Ancaman lain juga datang dari dalam negara terbelakang atas industrialisasi yang terjadi di negare tersebut. Pertama, negara tidak memiliki kemampuan untuk melakukan proteksi terhadap industri lokal ketika berhadapan dengan industri modal asing, sehingga industri lokal seperti menjadi tamu di rumah sendiri. Kedua, muncul gejala kretinisme, yaitu keengganan manusia untuk maju dan lebih suka dengan kondisi   yang   telah   dialaminya.   Sesuatu   yang   telah   didapatkan,   baik   berupa keuntungan materiil maupun kesejahteraan adalah sesuatu yang perlu dilestarikan secara stabil, tanpa memerlkan perubahan untuk meningkatkannya. Pandangan inilah yang kemudian menyebabkan negara terbelakang menjadi terhambat dalam mencapai kemajuan.


0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More