Penyakit sapi gila ini menampakkan gejala kegilaan, yaitu kehilangan koordinasi, depresi, ketakutan,
terlalu peka, tremor, agresif, gerakannya tidak terarah, gelisah, dan gejala psikis lainnya.
Selain itu, produksi susunya juga menurun. Gejala itu muncul karena ada kerusakan otak yang terjadi secara perlahan-lahan, di mana akhirnya otak sapi tersebut berbentuk seperti spons. Makanya,
dalam Bahasa Latin penyakit itu disebut bovine spongiform encephalopathy
(BSE). Setelah itu, selama dua minggu hingga enam bulan sapi akan
mati.
Penyakit sapi gila dikategorikan
dalam daftar B yaitu kategori penyakit menular pada hewan yang memiliki kepentingan sosio-ekonomis
atau kesehatan masyarakat, terutama dalam perdagangan hewan dunia. Selain daftar B, ada juga daftar A yaitu
penyakit menular pada hewan yang memiliki kemampuan
menular sangat cepat dan
berbahaya. Contohnya adalah Penyakit Mulut dan Kuku yang menyerang sapi.
Bagaimanakah PENYEBARANNYA?
Penyakit sapi gila pertama kali diidentifikasi di Inggris pada November 1986 sebanyak
170.000
kasus. Kejadian sporadis terjadi juga di beberapa negara Eropa. Hingga saat
ini
sejumlah kasus sapi gila masih teridentifikasi di sejumlah negara Eropa. Dari tahun
1989 hingga 2000 telah terjadi 1.642 kasus sapi
gila di sejumlah negara, seperti Belgia, Perancis,
Italia, Portugal, dan Spanyol. Merujuk data Organisasi Kesehatan Hewan
Dunia, tidak pernah dilaporkan kejadian penyakit sapi gila di Indonesia. Penyakit- penyakit yang umumnya menyerang sapi di Indonesia tercatat adalah haemorragic
septicaemia, bovine anaplasmosis, bovine brucellosis, dan malignant catarrhal fever. Di negara-negara
tetangga Indonesia yang berdekatan secara geografis seperti Malaysia atau Brunei Darussalam, juga belum pernah dilaporkan adanya penyakit sapi
gila.
Bagaimana penularan penyakit ini ke SAPI ?
Penularan yang paling banyak terjadi-melalui
makanan sapi yang terbuat dari cacahan daging sapi atau tulang yang terinfeksi penyakit
sapi gila
atau dari bangkai hewan. Penyebaran penyakit ini cukup dengan sedikit saja bahan yang terkontaminasi.
Sisa sedikit saja dari daging dan tulang yang tertinggal
di mesin pencampur
pakan ternak
atau
kendaraan pengangkut sudah akan menyebabkan
persoalan besar. Jalan terbaik untuk memutuskan
penyebaran
penyakit ini tidak bisa lain kecuali melarang
sepenuhnya penjualan produk dari ternak yang terjangkit sapi gila. Dilaporkan
pula kejadian penularan melalui induk sapi kepada anaknya, walaupun belum diketahui
dengan pasti mekanisme biologisnya. Yang pasti, belum dilaporkan penularan melalui
kontak langsung secara horizontal antara satu sapi dengan sapi lainnya.
Apakah MANUSIA dapat menderita
penyakit sapi gila, dan bagaimana
penularannya?
Penyakit sapi gila ditularkan kepada
manusia melalui konsumsi daging sapi yang terinfeksi,
atau berkontak dengan sapi-sapi yang terjangkit penyakit sapi gila.
Penyakit sapi gila ini, menyerang
jaringan saraf otak manusia dalam bentuk varian Creutzfeldt Jakob Disease (CJD) dan bersifat degeneratif. Manusia yang terkena penyakit CJD akan kehilangan kekuatannya, pertumbuhan badannya praktis terhenti. Penyakit ini, cepat atau lambat merambat
ke
otak kemudian membuat otak manusia tidak lagi utuh, berubah seperti spons atau busa kursi yang bolong-bolong. Jika ini terjadi, maka tidak ada kekuatan
yang bisa menahan kecuali mukjizat Tuhan. Pada tahun 1998 ilmuwan juga menemukan bahwa agen penyakit itu tidak hanya berada di otak, tetapi juga di
darah. Penyakit ini hingga sekarang belum ada vaksinnya, dan dilaporkan
telah membunuh 92 orang (Departemen Pertanian AS/USDA), tetapi ada juga yang melaporkan hingga 129 (World Health
Organization/WHO) dan 137 orang.
Apakah memasak
daging sapi dengan SUHU TINGGI bisa melindungi manusia tertular penyakit ini, seperti
halnya E.coli? Alat pemanggang
daging atau oven tidak cukup panas untuk mematikan penyakit sapi gila! Penyebab kerusakan otak yang terjadi perlahan-lahan itu, diduga oleh struktur
protein yang disebut prion. Gejala yang sama-jaringan otaknya berbentuk spons-juga
terjadi pada manusia yang dikenal sebagai penyakit CJD. Prion ini terutama berkumpul
di
sistem saraf termasuk
mata. Prion ini sangat tahan terhadap
segala macam tingkat
keasaman (pH), juga terhadap pendinginan
atau pembekuan. Protein ini baru inaktif
setelah dipanaskan dengan dengan
otoklaf (alat pemanas dengan
tekanan tinggi) pada suhu 134-138 derajat Celcius selama 18 menit.
Berapa lama Masa Inkubasinya?
Penyakit ini memiliki
karakteristik dengan
masa inkubasi
yang
panjang
hingga beberapa tahun.
Inkubasi BSE pada sapi berlangsung antara tiga tahun hingga delapan tahun, sedangkan pada manusia masa inkubasinya belum diketahui, tetapi diperkirakan
sekitar 5 tahun hingga
20 tahun. Selama masa inkubasi tidak ada tanda-tanda penyakit
yang
kasatmata.
BAGIAN daging
sapi
manakah yang paling aman dikonsumsi? Menurut para ilmuwan penyakit sapi gila hanya ditemukan dalam jaringan saraf di otak dan tulang belakang, bukan di urat atau otot. Jadi agaknya
tetap aman mengonsumsi daging sapi tanpa tulang, seperti yang bisa digunakan
untuk steak, atau daging panggang. Bagian
lidah dan hati juga aman
dikonsumsi. Di negara-negara maju,
biasanya hanya daging saja yang dipakai untuk kebutuhan konsumsi.
Bagian kepala, kaki, dan jerohan dibuang atau dipakai untuk pakan ternak, karena terlalu berisiko kalau dimakan manusia. Pada otak-yang merupakan pusat sistem saraf-dan jerohan seperti usus, babat, dan kaki, merupakan tempat yang nyaman bagi berbagai jenis agen
penyakit. Akan tetapi, di Indonesia, justru bagian-bagian tersebut menjadi santapan yang
lezat, walaupun sangat berisiko tinggi.
0 komentar:
Posting Komentar